Senin, 30 September 2013


BUDIDAYA TANAMAN  SAWI DENGAN HIDROPONIK SISTEM DFT


Bottom of Form
15JAN/1333

Hidroponik merupakan budidaya tanaman tanpa menggunakan media tanah (soiless).  Hidroponik berasal dari dari kata “Hydroponic”, yang di dalam bahasa Yunani terbagi menjadi dua kata, yaitu hydro dan ponous.  Hydro berarti air dan ponous berarti kerja.Sesuai arti tersebut, makma bertanam secara hidroponik merupakan teknologi bercocok tanam yang menggunakan air, nutrisi, dan oksigen.
Banyak manfaat yang bisa diperoleh dengan sistem berkebun hidroponik. Di antaranya, produksi tanaman lebih tinggi, lebih terjamin dari hama dan penyakit, tanaman tumbuh lebih cepat dan pemakaian pupuk lebih hemat, bila ada tanaman yang mati, bisa dengan mudah diganti dengan tanaman baru, dan tanaman memberikan hasil yang kontinu.
Jenis tanaman yang dapat dibudidayakan dengan teknik hidroponik adalah jenis sayuran (baik daun dan buah, seperti: Bayam, Pakcoy, Sawi, Kangkung, Tomat, Cabai, Paprika, dll); jenis tanaman bunga; tanaman buah: Melon, Strawberry, dll; dan bahkan sampai dengan tanaman obat untuk keluarga, seperti: Binahong, Pegagan, Sendok-sendokan, dll.
Pada budidaya hidroponik, semua kebutuhan nutrisi diupayakan tersedia dalam jumlah yang tepat dan mudah diserap oleh tanaman.  Nutrisi itu diberikan dalam bentuk larutan yang bahannya dapat berasal dari bahan organik maupun anorganik. Pada pertanian hidroponik nutrisi sangat menentukan keberhasilan, karena tanaman mendapat unsur hara dari apa yang diberikan. Terdapat pupuk hidroponik yang siap pakai di pasaran, ini akan lebih mudah, tinggal dicampur dengan air dan aplikasikan. Contoh pupuk yang ada di pasaran adalah pupuk AB Mix, Ferti-Mix, dll.  Pupuk ini mengandung unsur hara mikro dan makro yang diperlukan oleh tanaman.Pupuk tersebut diformulasikan secara khusus sesuai dengan jenis dan fase pertumbuhan tanaman.Keistimewaan nutrisi hidroponik ini yaitu selain mengandung semua unsur hara yang diperlukan tanaman, adalah menggunakan bahan – bahan yang 100% dapat larut dalam air.Cara penggunaannya pun juga sangat praktis dan dapat disimpan dalam waktu yang cukup lama.
Pada kesempatan kali ini, Atusi Online akan berbagi pengalaman tentang budidaya tanaman sayuran menggunakan salah satu sistem hidroponik, yaitu sistem DFT (Deep Flow Technique).Teknik hidroponik sistem DFT menggunkan sterofoam sebagai tempat untuk  meletakkan tanamannya dimana steroformnya diberi lubang-lubang kecil sebagai tempat untuk memasukkan akar tanaman agar tergenang pada larutan nutrisi, tanaman yang akan dimasukkan kedalam lubang diberi kapas agar tanaman tidak tenggelam. Larutan nutrisi tersebut disirkulasikan dengan bantuan aerator dan pompa. Pada dasarnya hidroponik system DFT sama dengan rakit apung tetapi pengaplikasiannya berbeda. Perbedaannya adalah pada rakit apung larutan nutrisi tidak tersirkulasi dengan baik.Sedangkan DFT tersirkulasi dengan baik karena ada aliran atau flow. Teknik hidroponik sistem DFT ini cocok untuk membudidayakan tanaman yang berbuah., misalnya tomat.
Beberapa tahapan yang perlu dipersiapkan dalam budidaya hidroponik kurang lebih hampir sama dengan sistem konvensional.  Tahapan dalam budidaya hidroponik, seperti pemilihan/seleksi benih tanaman yang akan ditanam, penyemaian benih tanaman, penyiapan tempat tanam (rumah plastik, nutrisi, dll), transplantasi ke sistem hidroponik, perawatan sampai dengan panen.  Jadi yang berbeda adalah larutan nutrisi dan sistem hidroponik yang digunakan.
Berikut ini adalah beberapa perlengkapan yang perlu dipersiapkan dalam budidaya sayuran dengan sistem hidroponik (seperti terlihat dalam Gambar 1).
Gambar 1. Perlengkapan yang Diperlukan dalam Sistem DFT

Jadi sistem DFT memerlukan pasokan listrik untuk mensirkulasikan air ke dalam talan-talang tersebut dengan menggunakan pompa dan untuk menghemat penggunaan listrik, kita dapat menggunkan timer (untuk mengatur waktu hidup dan mati pompa).  Sebagai contoh pada pagi hari pompa hidup dan sore hari pompa mati, begitu seterusnya.
Kelebihan dari teknik hidroponik sistem DFT ini adalah pada saat aliran arus listrik padam maka larutan nutrisi tetap tersedia untuk tanaman, karena pada sistem ini kedalam larutan nutrisinya mencapai kedalaman 6 cm. Jadi pada saat tidak ada aliran nutrisi maka masih ada larutan nutrisi yang tersedia. Sedangkan untuk kekurangannya adalah pada sistem DFT ini memerlukan larutan nutrisi yang lebih banyak dibandikan dengan sistem NFT (nutrient Film Technique).
Perkembangan tanaman yang dibudidayakan menggunakan sistem DFT dapat tumbuh dengan baik dan memiliki kualitas buah/sayuran yang lebih baik dibandingkan dengan metode konvensional.  Berikut ini adalah gambaran pertumbuhan tanaman sawi dalam sistem DFT dalam setiap Minggu Setelah Tanam (MST).
Gambar 2. Pertumbuhan Tanaman Sawi per Minggu Setelah Tanaman

Pada minggu ke-4 setelah tanam, tanaman sudah besar dan harus segera dipanen.  Oh iya, pada sistem DFT ini kami hanya menanam satu tanaman untuk satu lubang.
Gambar 3. Tanaman Sawi Siap Dipanen

Demikian informasi terkait tentang budidaya sayuran (khususnya Sawi) menggunakan sistem Hidroponik DFT.  Semoga bermanfaat dan selamat mencoba..[
Sumber : http://staff.unila.ac.id/atusi/2013/01/15/budidaya-tanaman-sawi-dengan-hidroponik-sistem-dft.


PEMBERDAYAAN MASYARAKAT TANI
06 Mei 2013, 08:22:17 / Artikel Pertanian / Hits : 388 / Posted by
  Oleh : 
Toni Nugraha 
Sumberdaya manusia memegang peranan sangat penting dalam proses pembangunan pertanian tanpa mengesampingkan faktor-faktor yang lainnya. Pembangunan pertanian tidak lepas dari andil masyarakat tani yang lebih banyak berdomisili di daerah perdesaan, dimana sektor pertanian menjadi penopang utama sember kehidupan dan penghidupan bagi mereka. Permasalahan yang sangat mendasar di perdesaan kaitanya dengan ketidak berdayaan masyarakat tani itu sendiri baik dari segi kekuasaan terhadap peran, kekuasaan terhadap sumberdaya dan kekuasaan terhadap keahlian.
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar istilah pemberdayaan. Pemberdayaan berasal dari kata daya/berdaya. Banyak sekali pendapat ahli mengenai definisi berdaya, tapi pada intinya berdaya berarti memiliki kekuatan atau kekuasaan terhadap gagasan, keputusan serta tidakan yang diambil, dengan harapan mereka bisa dan mampu menolong dirinya sendiri sehingga dapat mandiri.  
Seperti yang dikemukakan diatas, maka hal yang dapat dilakukan terwujudnya masyarakat yang berdaya yaitu dengan memfasilitasi mereka agar mampu :
1.Menganalisis situasi kehidupan dan masalah-masalahnya, serta menjawab masalah berdasarkan kemampuan dan keterbatasan yang mereka miliki;
2.Mengembangkan usahanya dengan segala kemampuan dan sumberdaya yang dimiliki sendiri; dan 
3.Mengembangkan sistem untuk mengakses sumberdaya yang diperlukan.
Pada intinya, masyarakat adalah penentu dan pengambil keputusan pada setiap kegiatan yang akan mereka lakukan dan menjadi bagian dalam keseluruhan proses pembangunan. Seringkalai kita melupakan hakikat atau konsep pemberdayaan dimana petani bukan sebagai objek, melainkan mereka sebagai subjek dari pembangunan itu sendiri.
Pemberdayaan masyarakat merupakan ungkapan lain dari tujuan penyuluhan pembangunan. Tujuan ini meliputi bagaimana  membuat masyarakat mampu membangun dirinya sendiri atau berdaya, mampu bekerja sama, mampu mencari dan menangkap informasi, serta mampu mengambil keputusan. Dalam hal ini, yang menjadi sasaran pemberdayaan adalah masyarakattani yang terdiri dari pelaku utama dan pelaku usaha. 
Petani sebagai pelaku utama pembangunan pertanian perlu diberdayakan agar mereka mampu menganalisa masalah dan peluang yang ada serta mencari jalan keluar sesuai sumberdaya yang dimilikinya. Pemberdayaan kelompok tani/petani merupakan konsep yang dikembangkan untuk memperkuat kemandirian petani. Dimensi pemberdayaan kelompok tani meliputi peningkatan pengetahuan dan kemampuan petani melalui penyuluhan dan pelatihan, pengembangan jaringan usaha melalui kerjasama, koordinasi dan komunikasi, serta peningkatan peran pembinaan melalui motivasi, fasilitasi, dan bimbingan teknis. 
Banyak faktor yang turut menentukan pemberdayaan masyarakat dalam segala aspeknya. Ilmu penyuluhan merupakan suatu ilmu yang turut menentukan diantara aspek-aspek tersebut. Gambaran masyarakat yang diidamkan sangat menentukan paradigma ilmu penyuluhan baik dalam perencanaan, strategi dan operasionalnya. Konsep penyuluhan yang diharapkan adalah yang mampu membaca kebutuhan masyarakat. Penyuluhan sebagai ilmu tidak lepas dari persyaratan yang harus dipelihara dan dikembangkan (objeknya, sistematika, metode dan pendukung) agar mampu menempatkan dirinya ditengah perubahan dan mampu menjawab permasalahan yang muncul. Konsep pemberdayaan petani melalui penyuluhan partisipatif dapat dilihat pada Gambar 1.
            Pemberdayaan masyarakat tani merupakan proses penyerahan atau menghadirkan kekuasaan dari kekuasaan peran, keahlian, dan sumber daya. Hal ini bertujuan untuk menciptakan kemampuan seseorang atau kelompok dalam melakukan tindakan agar kuat dalam menghadapi ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan. 
Kekuasaan peran yaitu kemampuan seseorang atau kelompok untuk mengambil keputusan dan memberlakukan serta menerapkan keputusan itu secara taat azaz seperti kognisi, afeksi, dan psikomotorik harus dilandasi oleh tumbuhnya kemampuan aspek konasi yaitu kemampuan memiliki dan memelihara tumbuh kembangnya keinginan, harapan, dan cita-cita pada diri petani sebagai subjek pelaku utama pembangunan pertanian.
Kekuasaaan keahlian yaitu kemampuan seseorang atau kelompok untuk bertindak yang didasari oleh penguasaan terhadap ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi, sehingga memiliki kecakapan dan keahlian khusus. 
Kekuasaan sumberdaya merupakan kemampuan dan kekuasaan seseorang/kelompok untuk menguasai dan memanfaatkan (control dan akses) terhadap sumberdaya tanah, air, modal, sarana produksi, alsintan, teknologi, informasi, pasar, dan sebagainya.
Pemberdayaan pada dasarnya mencakup 3 aspek yaitu sebagai berikut :
1.Meningkatkan peran petani sebagai usahawan yang handal berorientasi agribisnis;
2.Meningkatkan keahlian petani dalam berbagai hal berkaitan dengan agribisnis secara menyeluruh sehingga dapat mengambil keputusan secara tepat dan mandiri, tidak saja di secktor “on farm” tetapi juga disektor
   “off farm”; dan 
3.Mampu mengelola sumber daya yang dimiliki secara efisien seperti tanah, tanaman, ternak, ikan, tenaga kerja, dan sebagainya.
Pemberdayaan masyarakat meliputi 3 hal yaitu :
1.Secara ekonomi masyarakat mampu, antara lain :
   1)Mampu dalam mengakses informasi (pasar, dsb.)
   2)Mampu dalam persaingan
   3)Mampu dalam akses permodalan
   4)Mampu dalam pemupukan modal
   5)Mampu dalam mempertahankan produksi
2.Secara teknis menguasai, dalam teknologi pertanian antara lain :
   1)Menguasai berbagai teknologi produksi
   2)Menguasai permasalahan produksi
   3)Menguasai solusi/pemecahan masalah produksi
3.Secara sosial solid dan kompak dalam membangun dan mengembangkan kelompok, antara lain :
   1)Kompak dalam pengorganisasian dan pengendalian kelompok
   2)Kompak dalam kelompok dan kerjasama antar kelompok
   3)Kompak menjalankan program kelompok
   4)Kompak dalam mengatasi permasalahan dan resiko kelompok
            Dengan demikian, memberdayakan petani pada intinya ditujukan untuk mencapai petani-nelayan yang maju, efisien, dan tangguh untuk mencapai tujuan yang lebih besar yaitu pembangunan pertanian. Sehingga tujuan akhir dari pemberdayaan masyarakat tani ini adalah peningkatan pendapatan petani dan keluarganya sehingga kesejahteraan dapat tercapai. 



Sumber :
DitjenNak. 2008. Pedoman Pemberdayaan Masyarakat. www.deliferi.org 
Marzuki, M.S.. 2008. Paradigma Baru Penyuluhan Pembangunan Dalam Pemberdayaan Masyarakat. www.dispertanak.pandeglang.go.id 
Oemar, Anshar. 2008. Bahan Perkuliahan Pemberdayaan Masyarakat. Bogor : STPP.
Pambudy, Rahmat dan Andiyono Kilat Adhi. 2002. Pemberdayaan Manusia Menuju Terwujudnya Masyarakat Madani. Jakarta : BPSDMP, Pusat Pengembangan Penyuluhan Pertanian.
Suwandi, Achmad. 2007. Hand Out Dinamika Kelompoktani. Bogor : STPP.


“SARUNGISASI” MENGATASI PENGGEREK BUAH KAKAO


Kakao (Theobroma cacao, L) merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang memberikan devisa cukup besar, sumber pendapatan, penciptaan lapangan pekerjaan, mendorong pengembangan agribisnis dan agro industri serta pengembangan pengelolaan sumber daya alam wilayah.
Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) merupakan salah satu fakkor penting yang menghambat pencapaian sasaran produksi dan kualitas hasil pertanian termasuk tanaman perkebunan seperti kakao.  Akibat ganguan OPT produksi menurun dapat sampai pada tingkat yang tidak menguntungkan.  Diperkirakan rata-rata 30 % pengurangan hasil dan produk potensial suatu komoditi disebabkan oleh adanya serangan OPT.
Gangguan OPT dapat juga menurunkan kualitas hasil sehingga mempengaruhi harga produk menjadi rendah.  Banyak kasus menunjukkan bahwa karena kualitas produk sedemikian rendah dengan masih adanya sisa-sisa serangan OPT mnyebabkan produk perkebunan sulit memasuki passer ekspor.
Penanggulangan kerugian tersebut dapat ditekan dan diantisipasi sejak awal apabila ciri-ciri dan tanda-tanda serangan serta kemampuan mengidentifikasi hama dimiliki oleh petani.  Selain itu petani juga harus memiliki kemampuan untuk melakukan pengamatan sederhana secara mingguan.
Salah-satu hama  pada buah kakao yang dapat memberikan kerugian hingga lebih dari 75 % adalah Penggerek Buah Kakao (PBK) atau “fruit borer of cacao”. Penggerek Buah Kakao atau Conopomorpha cramerella termasuk dalam family Gracillardae dan ordo Lepidoptera yaitu termasuk dalam jenis serangga.
Sumber :www.plantwise.org
Daur hidup Penggerek Buah Kakao secara singkat adalah dimulai dari telur.  Telur PBK berwarna jingga berbentuk bulat panjang 0,5 mm x 0,2 mm, diletakkan satu per satu pada permukaan kulit buah.  Telur menetas setelah 6 – 7 hari setelah diletakkan.  Ulat atau larva berwarna putih kuning atau hijau muda.  Panjangnya sekitar 11 mm dan delama 15 -18 hari larva hidup di dalam buah.  Larva  kemudian menggerek ke dalam buah, dengan lubang berada tepat di bawah tempat peletakan telur.  Setelah ulat keluar dari dalam buah, kemudian berkepompong/pupa pada permukaan buah, daun, serasah, karung atau keranjang tempat buah.  Stadium pupa 6 hari dengan perkembangan telur sampai imago 27 – 33 hari.
Siklus Hidup Imago Conopomorpha Cramerella
Serangga ini aktif pada malam hari pukul 18.00 – 20.30. Pada siang hari berlindung di tempat lembab dan tidak terkena sinar matahari.  Daya terbangnya pun tidak terlalu tinggi namun mudah terbawa angin.  Serangga dewasa ini sendiri hanya berumur 5 – 7 hari, jadi setelah bertelur akan mati.
Gejala serangan ditunjukkan dengan gerekan buah kakao sehingga daging buah menjadi busuk.  Setelah buah ditinggalkan oleh larva, pertumbuhan biji terganggu, saling menumpuk sehingga akhirnya menjadi hitam dan keriput.  Bila buah yang telah ditinggalkan larva dibelah terlihat sejumlah lubang gerek berwarna coklat pada bagian dalam kullit buah dan daging buah.  Tanaman yang dapat menjadi inang, diantaranya adalah rambutan (Nephelium lappoceum) dan nam nam (Cynometra cauliflora).
Sumber : database.deptan.go.id
Salah satu metode pengendalian hama PBK adalah dengan cara pembungkusan atau sarungisasi.  Teknologi pengendalian ini sebenarnya sudah lama diketahui oleh sebagian besar petani, akan tetapi kenyataannya para petani kakao jarang melakukannya.  Alasannya adalah masih kurang efisiennya biaya dan waktu yang harus dikeluarkan.
Petani masih membayangkan besanya biaya dan tenaga kerja yang harus mereka keluarkan apabila dengan luasan areal perkebunan lebih dari 1 hektar.  Padahal, banyak yang belum mengetahui bahwa sarungisasi merupakan teknologi Indonesia dalam ranngka meningkatkan mutu biji kering kakao dengan cara mencegah imago PBK meletakkan telur pada buah kakao.  Cara membungkus buah kakao dengan kantong plastik dapat dilakkukan satu persatu denngan mudah dan dapat dilakukan siapa saja.
Sarungisasi buah kakao ini dinilai tepat karena serangan hama itu penularannya dilakukan melalui udara atau menjalar dari satu daerah ke daerah yang lain, bahkan melalui lalu lintas perdagangan antar daerah.  Masalahnya sarungisasi harus dilakukan secara serentak dalam satu kawasan, antar kawasan sampai dengan antar pulau.
Direktorat Perlindungan Perkebunan Departmen Pertanian merekomendasikan aplikasi penyarungan, karena di Sulawesi Utara, Kalimantan Timur dan Maluku berhasil menekan serangan PBK dari sekitar menjadi 80 % menjadi kurang dari 1 % shingga meningkatkan produksi biji kering sampai        300 %.
Teknologi penyarungan buah kakao ini terbukti efektif untuk mencegah serangan PBK pada saat populasi PBK tinggi yang biasanya terjadi pada saat musim buah sedikit.  Untuk itu, penyarungan buah sebaiknya dilaksanakan           3 bulan sebelum musim buah sedikit.  Pola panen dan pola pertumbuhan pentil atau bakal buah di setiap daerah harus diketahu dengan baik agar pelaksanaan penyarungan dapat dilaksanakan tepat pada waktunya.
Pembungkusan buah kakao dengan plastik dapat dilakukan pada pagi hari dan sore hari dengan menggunakan kantong plastik berwarna gelap dan ukuran plastiknya disesuaikan dengan ukuran buah kakao yang akan disarungi.  Prinsipnya, besaran kantong untuk sarung harus lebih besar dari ukuran buah, sehingga memudahkan dalam penyarungan.
Penyarungan buah relatif mudah dilaksanakan, demikian juga alat untuk penyarungan relatif mudah di dapatkan.  Alat yang digunakan adalah kantong plastik hitam atau pun transparn, karet gelang, potongan bambu berdiameter + 8 cm dengan panjang 1 -1,5 meter dan tongkat pendorong yang dipasang paku pada bagian ujungnya.
Cara penyarungan buah kakao adalah sebagai berikut :
1.  Kantong plastik yang telah disiapkan harus dalam keadaan terbuka pada kedua ujungnya.
2.  Masukkan kantong plastik tersebut ke dalam tongkat bambu, kemudian ikat ujung bagian atas dengan karet gelang.
3.  Lipat ujung atas plastik sampai menutupi karet gelang.
4.  Dorong atau geser kantong plastik tersebut ke bagian bawah bambu.
5.  Ulangi langkah-langkah di atas sampai jumlah sarung plastik pada bambu mencapai+ 25 lembar tersusun dari bawah ke atas.
6.  Posisikan tongkat bambu sedemikian rupa hingga bakal buah kakao yang akan disarungi masuk ke dalam tongkat buah.
7.  Kait dan dorong karet gelang ke bagian atas menggunakan tongkat yang telah disiapkan hingga menyelubungi bakal buah dan karet gelang mengikat ujung sarung pada tangkai
8.  Lepaskan tongkat bambu dari bakal buah yang telah disarungi.
9.  Ulangi langkah-langkah di atas pada bakal buah yang lain.

Memperhatikan perkembangan permintaan kakao baik di pasar dunia maupun di pasar domestik menunjukkan bahwa agribisnis kakao sangat menjanjikan.  Namun demikian, untuk memperoleh hasil yang lebih optimal masih diperlukan langkah-langkah sebagai berikut :
  1. Perbaikan mutu tanaman melalui berbagai teknologi budidaya yang telah direkomendasikan.
  2. Pengendalian serangan OPT semaksimal mungkin sehingga kualitas dan mutu biji kakao lebih baik.
  3. Meningkatkan upaya penyuluhan kepada petani kakao, dalam memperbaiki berbagai aspek yang berkaitan dengan produktivitas tanaman kakao.
SUMBER PUSTAKA

Anonim. 1998. Pengenalan dan Pengendalian Hama Penyakit Tanaman Kakao. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao. Jember.

Anonim. 2010. Hama Penggerek Buah Kakao. http://www.tanindo.com/.

Senewe dan Pesireron. 2010. Pengendalian Hama Terpadu Penggerek Buah Kakao di Maluku Tengah. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Maluku.

Warta. 2006. Hasil Identifikasi dan Klarifikasi Serangan Hama Penggerek Buah Kakao di Papua New Gunea. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. 22 (1). 28-36.

Widjiastuti. 2008. Budidaya dan Pasca Panen Kakao.  Tabloid Sinar Tani. Edisi 16-22 April. No. 3248 Tahun XXXXIII.