Senin, 30 September 2013


“SARUNGISASI” MENGATASI PENGGEREK BUAH KAKAO


Kakao (Theobroma cacao, L) merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang memberikan devisa cukup besar, sumber pendapatan, penciptaan lapangan pekerjaan, mendorong pengembangan agribisnis dan agro industri serta pengembangan pengelolaan sumber daya alam wilayah.
Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) merupakan salah satu fakkor penting yang menghambat pencapaian sasaran produksi dan kualitas hasil pertanian termasuk tanaman perkebunan seperti kakao.  Akibat ganguan OPT produksi menurun dapat sampai pada tingkat yang tidak menguntungkan.  Diperkirakan rata-rata 30 % pengurangan hasil dan produk potensial suatu komoditi disebabkan oleh adanya serangan OPT.
Gangguan OPT dapat juga menurunkan kualitas hasil sehingga mempengaruhi harga produk menjadi rendah.  Banyak kasus menunjukkan bahwa karena kualitas produk sedemikian rendah dengan masih adanya sisa-sisa serangan OPT mnyebabkan produk perkebunan sulit memasuki passer ekspor.
Penanggulangan kerugian tersebut dapat ditekan dan diantisipasi sejak awal apabila ciri-ciri dan tanda-tanda serangan serta kemampuan mengidentifikasi hama dimiliki oleh petani.  Selain itu petani juga harus memiliki kemampuan untuk melakukan pengamatan sederhana secara mingguan.
Salah-satu hama  pada buah kakao yang dapat memberikan kerugian hingga lebih dari 75 % adalah Penggerek Buah Kakao (PBK) atau “fruit borer of cacao”. Penggerek Buah Kakao atau Conopomorpha cramerella termasuk dalam family Gracillardae dan ordo Lepidoptera yaitu termasuk dalam jenis serangga.
Sumber :www.plantwise.org
Daur hidup Penggerek Buah Kakao secara singkat adalah dimulai dari telur.  Telur PBK berwarna jingga berbentuk bulat panjang 0,5 mm x 0,2 mm, diletakkan satu per satu pada permukaan kulit buah.  Telur menetas setelah 6 – 7 hari setelah diletakkan.  Ulat atau larva berwarna putih kuning atau hijau muda.  Panjangnya sekitar 11 mm dan delama 15 -18 hari larva hidup di dalam buah.  Larva  kemudian menggerek ke dalam buah, dengan lubang berada tepat di bawah tempat peletakan telur.  Setelah ulat keluar dari dalam buah, kemudian berkepompong/pupa pada permukaan buah, daun, serasah, karung atau keranjang tempat buah.  Stadium pupa 6 hari dengan perkembangan telur sampai imago 27 – 33 hari.
Siklus Hidup Imago Conopomorpha Cramerella
Serangga ini aktif pada malam hari pukul 18.00 – 20.30. Pada siang hari berlindung di tempat lembab dan tidak terkena sinar matahari.  Daya terbangnya pun tidak terlalu tinggi namun mudah terbawa angin.  Serangga dewasa ini sendiri hanya berumur 5 – 7 hari, jadi setelah bertelur akan mati.
Gejala serangan ditunjukkan dengan gerekan buah kakao sehingga daging buah menjadi busuk.  Setelah buah ditinggalkan oleh larva, pertumbuhan biji terganggu, saling menumpuk sehingga akhirnya menjadi hitam dan keriput.  Bila buah yang telah ditinggalkan larva dibelah terlihat sejumlah lubang gerek berwarna coklat pada bagian dalam kullit buah dan daging buah.  Tanaman yang dapat menjadi inang, diantaranya adalah rambutan (Nephelium lappoceum) dan nam nam (Cynometra cauliflora).
Sumber : database.deptan.go.id
Salah satu metode pengendalian hama PBK adalah dengan cara pembungkusan atau sarungisasi.  Teknologi pengendalian ini sebenarnya sudah lama diketahui oleh sebagian besar petani, akan tetapi kenyataannya para petani kakao jarang melakukannya.  Alasannya adalah masih kurang efisiennya biaya dan waktu yang harus dikeluarkan.
Petani masih membayangkan besanya biaya dan tenaga kerja yang harus mereka keluarkan apabila dengan luasan areal perkebunan lebih dari 1 hektar.  Padahal, banyak yang belum mengetahui bahwa sarungisasi merupakan teknologi Indonesia dalam ranngka meningkatkan mutu biji kering kakao dengan cara mencegah imago PBK meletakkan telur pada buah kakao.  Cara membungkus buah kakao dengan kantong plastik dapat dilakkukan satu persatu denngan mudah dan dapat dilakukan siapa saja.
Sarungisasi buah kakao ini dinilai tepat karena serangan hama itu penularannya dilakukan melalui udara atau menjalar dari satu daerah ke daerah yang lain, bahkan melalui lalu lintas perdagangan antar daerah.  Masalahnya sarungisasi harus dilakukan secara serentak dalam satu kawasan, antar kawasan sampai dengan antar pulau.
Direktorat Perlindungan Perkebunan Departmen Pertanian merekomendasikan aplikasi penyarungan, karena di Sulawesi Utara, Kalimantan Timur dan Maluku berhasil menekan serangan PBK dari sekitar menjadi 80 % menjadi kurang dari 1 % shingga meningkatkan produksi biji kering sampai        300 %.
Teknologi penyarungan buah kakao ini terbukti efektif untuk mencegah serangan PBK pada saat populasi PBK tinggi yang biasanya terjadi pada saat musim buah sedikit.  Untuk itu, penyarungan buah sebaiknya dilaksanakan           3 bulan sebelum musim buah sedikit.  Pola panen dan pola pertumbuhan pentil atau bakal buah di setiap daerah harus diketahu dengan baik agar pelaksanaan penyarungan dapat dilaksanakan tepat pada waktunya.
Pembungkusan buah kakao dengan plastik dapat dilakukan pada pagi hari dan sore hari dengan menggunakan kantong plastik berwarna gelap dan ukuran plastiknya disesuaikan dengan ukuran buah kakao yang akan disarungi.  Prinsipnya, besaran kantong untuk sarung harus lebih besar dari ukuran buah, sehingga memudahkan dalam penyarungan.
Penyarungan buah relatif mudah dilaksanakan, demikian juga alat untuk penyarungan relatif mudah di dapatkan.  Alat yang digunakan adalah kantong plastik hitam atau pun transparn, karet gelang, potongan bambu berdiameter + 8 cm dengan panjang 1 -1,5 meter dan tongkat pendorong yang dipasang paku pada bagian ujungnya.
Cara penyarungan buah kakao adalah sebagai berikut :
1.  Kantong plastik yang telah disiapkan harus dalam keadaan terbuka pada kedua ujungnya.
2.  Masukkan kantong plastik tersebut ke dalam tongkat bambu, kemudian ikat ujung bagian atas dengan karet gelang.
3.  Lipat ujung atas plastik sampai menutupi karet gelang.
4.  Dorong atau geser kantong plastik tersebut ke bagian bawah bambu.
5.  Ulangi langkah-langkah di atas sampai jumlah sarung plastik pada bambu mencapai+ 25 lembar tersusun dari bawah ke atas.
6.  Posisikan tongkat bambu sedemikian rupa hingga bakal buah kakao yang akan disarungi masuk ke dalam tongkat buah.
7.  Kait dan dorong karet gelang ke bagian atas menggunakan tongkat yang telah disiapkan hingga menyelubungi bakal buah dan karet gelang mengikat ujung sarung pada tangkai
8.  Lepaskan tongkat bambu dari bakal buah yang telah disarungi.
9.  Ulangi langkah-langkah di atas pada bakal buah yang lain.

Memperhatikan perkembangan permintaan kakao baik di pasar dunia maupun di pasar domestik menunjukkan bahwa agribisnis kakao sangat menjanjikan.  Namun demikian, untuk memperoleh hasil yang lebih optimal masih diperlukan langkah-langkah sebagai berikut :
  1. Perbaikan mutu tanaman melalui berbagai teknologi budidaya yang telah direkomendasikan.
  2. Pengendalian serangan OPT semaksimal mungkin sehingga kualitas dan mutu biji kakao lebih baik.
  3. Meningkatkan upaya penyuluhan kepada petani kakao, dalam memperbaiki berbagai aspek yang berkaitan dengan produktivitas tanaman kakao.
SUMBER PUSTAKA

Anonim. 1998. Pengenalan dan Pengendalian Hama Penyakit Tanaman Kakao. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao. Jember.

Anonim. 2010. Hama Penggerek Buah Kakao. http://www.tanindo.com/.

Senewe dan Pesireron. 2010. Pengendalian Hama Terpadu Penggerek Buah Kakao di Maluku Tengah. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Maluku.

Warta. 2006. Hasil Identifikasi dan Klarifikasi Serangan Hama Penggerek Buah Kakao di Papua New Gunea. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. 22 (1). 28-36.

Widjiastuti. 2008. Budidaya dan Pasca Panen Kakao.  Tabloid Sinar Tani. Edisi 16-22 April. No. 3248 Tahun XXXXIII.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar